Langsung ke konten utama

Review Unfaedah: Dilan 1991



Halluuuu! Welcome back to my youtube channel! Wait, excuse me are you dumb or something? Ok. Ignore it.
Balik lagi bersama review film unfaedah ala manusia bar-bar macam saya gue. Alhamdulilah sukur wasukurillah masih diberi kesempatan buat ulang tahun lagi, hehehe.
Setelah setahun yang lalu gue mereview film Dilan 1990, akhirnya gue balik lagi ingin menghujat memberikan kritik dan saran yang membangun untuk dunia perpileman di Indonesia. Sebagai warga negara yang baik yang menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila hendaklah kita sebagai warga negara yang terdaftar dalam kependudukan kecamatan setempat merasa bangga karena Dilan 1991 berhasil meraih penonton sebanyak 800 ribu manusia pada hari pertama film tersebut ditayangkan. Pantas bangga banget para pemainnya, ini sebuah pencapaian yang luar biasa dari film lokal dalam bersaing dengan film impor, apalagi ketika film ini ditayangkan, Captain Marvel juga ikut menginvasi bingkai poster film di XXI atau bioskop yang biasa Anda kunjungi.

Jadi, maafkan basa-basi ini sebagai manusia di negara berflower yang negaranya diapit oleh dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta dua samudra yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, dan dilalui oleh jalur ring of fire yang jika sedikit saja lempeng bumi bermanjah-manjah syantik geser kanan geser kiri aduhay manjah, maka terjadilah sesuatu yang di luar batas nalar manusia, sebut saja gempa bumi karena warganya masih gemar menyebutnya azab atau teguran dari Tuhan---Bentar, kenapa gak nyambung ya? Luas banget pembahasan gue. Kalau begini terus bakal gagal presentasi mulu gue di kampus udah gitu terancam di drop out gara-gara kebanyakan bacot.
Yha, begitulah gue mesti membuat sebagus-bagusnya prolog.
Jadi gini, sampai sekuel kedua keluar dari perut bumi(?) sampai sekarang gue gak punya trilogi novel Dilan, maafkan penggemar miskinmu ini Om Pidi Baiq, gue sedikit bersukur hidup di negara ini karena e-book bajakan masih berlimpah ruah macam kolam ikan lele.

Oke, stop! banyak bacot deh gue.

Pada tanggal 12 Maret 2019, hari selasa, kuturut ayah ke kota, naik delman istimewa--- gue memberanikan diri keluar dari kemiskinan zona nyaman gue yaitu menghamburkan uang demi menonton film ini,

Aspek pertama yang akan gue bacotin adalah poster filmnya, gue kesal gue sebagai jomblo yang bermartabat merasa tersinggung, ya maklum gue remaja labil, gue masih senang gitu melihat poster film sebelumnya yang unyu-unyu manjah gimana gitu, eh pas poster film keduanya udah kaya mau ngajak baku hantam gitu gengs.

Tapi dibalik poster film yang menjengkelkan itu, gue akan memberi nilai 80/100 kepada orang sudah bergadang jangan bergadang kalau tiada hasilnya membuat mahakarya tersebut. Alasannya? Iqbalnya ganteng boi bodoh amat dah gue sama aspek seni yang terkandung di dalamnya, gue bukan anak multimedia juga, akuntansi saya mah//gak nanya.

Selanjutnya adalah durasi filmnya yang subhanallah panjangnya seperti hubungan kita yang kau gantung(?) lebih panjang dari film pertama, bagus deh kan di dalam teaternya bisa menikmati AC  berbayar gratis, gue bisa angkat kedua kaki ke atas, rapatkan jaket, pejamkan mata lalu tidur.

Enggak—enggak gitu gue sudah berencana untuk memnfinishkan film yang berdurasi 2 jam 1 menit ini biar bisa dibuat bahan candaan unfaedah di blog ini. //Gak gitu.
Jadi bentar, scene pertama mereka ngapain? Ngevlog bareng Atta Halilintar? Ya enggak lah.

Beberapa aspek yang bisa dipertimbangkan dan diresapi dari film Dilan 1991 adalah:
1.      Mau diwakilin atau langsung?
Hm, scene ini sering lewat loh di dalam filmnya, jadi, gimana ya karena kita hidup di negara ini, ya sekali lagi negara ini, jadi cara menikmati pacaran ala remaja sebelum terkontaminasi globalisasi adalah sebisa mungkin bersikap sopan, santun, menjaga sikap biar nilai mata pelajaran PKN nya tinggi di rapot sekolah. Eh gak gitu.

Gimana ya boi. Ini adalah sebuah terobosan yang biasa aja luar biasa dari Dilan, gimana kelihatan kan bahwa walaupun dianggap brandalan oleh sekolah, berani menampar guru, dan ikut-ikutan geng motor, Dilan pandai menjaga martabat perempuan sebelum masa halalnya(?) walaupun gue yang melihatnya dari bangku penonton ketika Milea dan Dilan mengantupkan kedua jari tangan mereka seperti bentuk bibir monyong bebek sawah itu berhasil membuat gue mengangkat kedua alis mata, dan berkata dalam hati. “Wahai anak-anakku yang sedang dilanda asmara, aku tau perasaan kalian. Sudah, hentikanlah berbuat hal-hal yang membuat bulu kudukku merinding.”
Yha, walaupun begitu, gue yang agak amnesia sembari berusaha mengingat-ngingat mereka ngapain aja selama durasi 2 jam 1 menit, ketika di menit ke berapa ya, dan kenapa sih gue mesti berusaha menghapal keterangan waktu gak guna banget?! Intinya ciuman diwakilin itu tergantikan dengan ciuman langsung tapi ya, mereka harus berpedoman pada peraturan lembaga sensor film Indonesia kan? Jadi selamat kamera langsung berpindah haluan, berlayar ke ujung bumi. (Bumi punya ujung?)

2.      Dekati orangtuanya dulu baru kita labrak dekati anaknya
Ini termasuk terobosan yang bermanfaat dari Milea untuk kalian para calon-calon manusia jomblo yang sebentar lagi berharap mudah-mudahan mengakhiri masa lajang.
Kalian bisa mencontoh trik gratis ala Milea, pertama dekatin dulu ibunya atau bapaknya, ajak makan, ajak belanja, ajak ngobrol, ajak memancing lele, ajak senam zumba ala ibu hamil(?), ntar kalau calon mertua kalian udah merasa nyaman dan menganggap kalian sebagai mantu yang beriman dan berguna bagi kelangsungan hidup keluarga maka selamat, apapun yang kalian lakukan pasti bakal dibela sama ibu mertua atau bapak mertua. Contohnya si Milea, coba hitung berapa kali Mamanya Dilan melindungi dan membela Milea dalam segala marabahaya yang berusaha menerjang Milea?
Hayoo---sampai-sampai Milea itu sebenarnya hampir bisa balikan sama Dilan dengan bantuan mamanya Dilan loh(Spoiler lo!), ya tapi garisan hidup di lauhul mahfudz udah sampai disana mau gimana lagi.

3.      Dilan ku sebut namamu walau banyak yang menyebutku(?)
Beberapa figuran di dalam film ini yang berdampak langsung terhadap perubahan suasana hati Milea mungkin diantaranya mencerminkan ‘kalian’ seperti Mas Yugo yang baru datang dari Belgia, narsis banget memuji nilai-nilai kehidupan disana patut diacungi jempol untuk kalian yang terjebak dalam #TemanMasaKecilZone
Ah, lanjut lalu ada Nandan yang kena #FriendZone dari buku pertama sampai buku kedua. Get Well Soon, Nandan kamu selalu bersama dengan doa-doa mereka yang satu penderitaan. Huehehehe.
Lalu ada Kang Adi, apa kabar kang? Gak enak kan kena #GuruMuridZone makanya kang jangan kegatelan, aku yang nonton kan agak jijik gimana gitu melihat pedofilia.

Lalu ada siapa sih? Guru yang itu loh yang kegatelan yang pernah ngasih surat ke Milea, lupa juga gue pada intinya mereka sama-sama terjebak dalam halusinasi cinta yang tanpa ending.

4.      Dilan yang anti dikekang dan Milea yang overprotective
Dari awal, di pintu masuk teater 5 (teater yang waktu itu gue masukin) gue sudah meramal apa yang akan terjadi di dalam layar segede tambak lele di dalam sana. Gue sudah merasa sebagai peramal berlisensi halal gitu, dan ya, masih bisa gue jelaskan bahwa Milea remaja SMA yang masih labil itu takut kehilangan Dilan, menghalalkan berbagai cara untuk melindungi Dilan dari perkelahian, ngatur-ngatur hidup Dilan----
Mungkin percakapan di bawah ini adalah naskah dialog yang hilang,

Milea: Pokoknya aku gak mau kamu nyerang-nyerang!
Dilan: Nyerang apa Milea?
Milea: Kamu mau nyerang Thanos kan? Karena dia udah menghilangkan setengah dari populasi makhluk hidup di alam semesta ini?

(All of Avengers be like)

Arwah Peter Parker: Eh, bentar kita nambah hero lagi ya? Perasaan yang terakhir nyampe baru Captain Marvel deh?

Nah, ya begitulah kekacauan yang akan terjadi di otak gue jika Milea yang overprotective melarang Dilan untuk baku hantam ketika dia baru diangkat jadi superhero magang nanti di film Avengers ke 4: End Game. (Kok malah ngeiklan sih?)

5.      Tentang original soundtrack
Hm, lagu-lagu yang mengiringi film ini sih, ya baik-baik saja tapi MONMAAF nih, gue sebagai penggemar penikmat musik-musik koplo yang sering seliweran di tik tok kan merasa mengantuk di dalam ruangan dingin selama 2 jam 1 menit, gak gampang kali kau suruh diriku melihat kisah mereka yang pada dasarnya sudah menyedihkan ditambah backsound yang menyedihkan juga. Ugh, kesal juga aku gue.

6.      Anti gombal-gombal club
Mari kita mengingat-ngingat lagi semoga ingatan gue gak mampet gegara kebanyakan micin.
Ada beberapa gombalan yang berasil nyangkut diingatan gue yang hanya berkapasitas 2GB ini adalah:
Dilan: Percuma jadi Neil Armstrong kalau enggak pacaran sama kamu.

Neil Armstrong be like

Lalu ada lagi,
Dilan: Kalau aku harus jadi presiden yang harus mencintai rakyatnya, maaf aku pasti tidak bisa karena aku cuman mencintai Milea.

Presiden negara seberang be like: Oh ya?

Lalu sebenarnya sih banyak ya, tapi ya sudah lah. Aku lupa ingatan//dihajar reader

7.      Berhasil membuat penonton menangis tidak?
Jujur, hubungan antara Dilan dan Milea di film ini semakin dapat kharismanya(?)
Ada waktu dimana kita benar-benar dihentak lalu dilempar lagi, hentak lempar lagi. Gitu aja terus, sampai hatiku nanti bertuliskan warning:Fragile!
Ketika adegan terakhir, ketika mereka berdua benar-benar putus dan---ucapan terakhir Dilan ke Milea waktu itu adalah. “Jangan nangis, Lia!”
Dan, ya sukurlah aku sedikit saja berlinang air mata, sebagai pembaca novel keduanya ini yang tentunya lebih menguras air mata lagi gue pun menyadari bahwa Dilan itu benar-benar sayang gitu sama Milea tapi, ya mau bagaimana lagi dikata memang bukan jodohnya. Ya sudahlah, semoga kalian para membaca setia blogku(memang ada?!) Semoga kalian tidak dibebani cinta yang ribet macam kisah mereka.

Akhirul kalam, wabillahi taufiq wal hidayah. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dadah teman-teman!

Sumber foto:
https://dimwhp0w2rs83.cloudfront.net/2019/03/review-film-dilan-1991-700x394.jpg
https://i.pinimg.com/originals/a1/e5/fb/a1e5fb3e34f1dc530665602867495663.gif
https://i.pinimg.com/originals/28/a9/d7/28a9d75f616f2a45bbe6d93fcec3fb53.gif
https://i.pinimg.com/564x/26/71/e0/2671e0601faf3b43874e061ff665e3e2.jpg

Komentar

  1. Passion saat ini : Ngakak tanpa henti.
    Sejak kapan Thanos ada di dunia Milea dan Dilan... 😂😂😂😂

    BalasHapus
  2. Pada intinya sya liat dri review ny mimin yg paling berkesan adalah pembahasan tetang lele dan kolamnya :")

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Berfaedah: Mading 3D Tema Gunung Meletus

Hallo! Apa kabar semuanya? Semoga aktivitas kita diberikan kemudahan dan kelancaran. Mimin disini kembali lagi memberikan tutorial membuat mading 3D sebelumnya juga pernah disini.   18 November sebulan yang lalu adalah hari dimana Mimin berserta rekan tim mading 3D sekolah Mimin bertanding di ajang lomba PMR se-kalimantan Selatan terbuka tingkat wira yang terdiri dari 3 orang pertim. Dengan tema kesiapsiagaan bencana yang bersub tema gunung meletus judul karya Mimin bersama rekan tim adalah bencana gunung meletus Nah, tulisan kali ini adalah jenis teks prosedur, Mimin akan memberikan tata cara membuat mading tersebut. Pertama! Barang-barang yang kita perlukan adalah: Nah berikut daftar barang-barangnya: Kardus bekas, Koran bekas, ini harus karena digunakan sebagai bahan baku dalam membuat gunung meletusnya. Botol bekas, Cat air, pastel color, spidol, pensil, pulpen, penghapus, dan kuas, Lem fox yang berwarna putih, Seluruh keluarga perekat (Doubl

Tips Berfaedah: Mading 3D Bertema Kemanusiaan

CIAO! Mimin kembali lagi! Kali ini Mimin akan membagikan tips berfaedah untuk menambah wawasan para pembaca karena ada saatnya di blog ini Mimin posting tulisan unfaedah dan berfaedah nah,  Mimin akan membahas tentang mading 3D. karena kehidupan Mimin yang sangat berfaedah kali ini Mimin yang notabene adalah istri sahnya Hamis Daut//dihajar Raisa akan memberi tips-tips yang luar biasa untuk kalian yang anak mading, sastra Indonesia, anak seni, atau apa pun itu. Yang pertama, barang-barang yang harus kalian siapkan adalah: 1. Lem Terserah mau merk apa yang penting lem Mimin pakai lem fox yang warna putih ini lebih ramah lingkungan daripada lem fox yang warna kuning. 2. Kertas Origami Ini penting buat kalian yang terserang kemalasan. Malas warnain pohon misalnya, tempelin aja pakai kertas origami. Simple! 3. Seperangkat warnaan Ini penting. Kenapa penting? karena tidak semua masalah yang berkaitan dengan pewarnaan bisa kalian selesaikan dengan kert

Bacotan Fangirl: Ketika Kaum Hawa Kena Tikung Kaum Adam

(Ilustrasi unfaedah seorang Mimin yang mengetahui gebetannya gay) Hallo cogan hunter ! Awali 2018 dengan yang segar-segar, kesegaran cogan baru misalnya. Sudahkan cogan hunter seperti Mimin mendapat jodoh di tahun 2018? Jawabannya belum, karena jodoh Mimin banyak ditikung oleh kaum Adam. Mimin sebagai kaum Hawa yang merangkap jadi fujoshi ( Baca pengertiannya disini ) tingkat akut berada diantara garis hitam dan putih. Kesal kena tikung atau bahagia dapat asupan berlimpah? Akhir-akhir ini kaum LGBT ( Lesbian, gay, bisexsual, transgender ) semakin menampakan eksistensinya kepada masyarakat luas, mereka seakan-akan bangga dengan ‘perbedaan’ mereka, contoh nyatanya teman Mimin coming out ke Mimin mengakui bahwa dirinya gay dan semenjak saat itu Mimin jadi banyak asupan film gay dari Thailand. Berita akhir tahun yang enggak kalah panas, 8 Desember 2017 baru-baru ini, parlemen Australia said YES to same sex marriage itu artinya kaum LGBT bisa menikah dan hak-hakn