Hallloooo sobat misqueen mania apa kabar?!
Ya, sepertinya
tidak baik-baik saja bukan? Kalau begitu berpura-puralah bahwa hidup kita semua
sedang baik-baik saja karena (katanya) segala sesuatu pasti ada hikmahnya. Kita
kutip salah satu kalimat dari seseorang pengangguran yang berbunyi,
“Selalu ada pelangi setelah hujan.”
Mungkin benar sobatku pelangi memang selalu datang setelah hujan
pastinya menurut hukum alam ya kan? Tetapi terkadang gak semua mata manusia
bisa face to face langsung atau berselencar di atas warna-warninya.
Karena itu sobatku, masing-masing dari kita harus menemukan pelangi
kita sendiri gak harus nunggu hujan reda, karena jika hujan ada pihak-pihak
yang diuntungkan dalam hal ini misalnya pengagum hujan sedangkan pihak yang
dirugikan adalah emak kita yang akan berteriak, “Nak, bawa semua masuk cucian!”
Nah, kita sendiri kan yang pusing apalagi ketika saraf motorik sedang tidak
bersahabat akibatnya kita bisa dicoret dari daftar penerima warisan!
Menemukan pelangi ini bagi tiap orang bisa berbeda-beda tergantung
dari lingkungan, keadaan saldo di bank, sanak keluarga, kelucuan yang sedang
terjadi di negara tempat kita tinggal, kebijakan LTMPT (Kalau diantara kalian
ada yang ngikut UTBK 2020 nih), dan lain-lain yang tidak bisa dijelaskan secara
kalimat.
Faktor di atas memang ngawur sobat jadi jangan dijadikan patokan
dibawa ketawa saja hidup ini karena dengan keterbiasaan kita menertawakan
kehidupan niscaya pelangi akan datang dengan sendirinya.
Pelangi gue sendiri selama pandemi ini adalah cuci mata, bukan
masukin barang-barang ke keranjang online shop, bukan. Aku tidak
seberuang (Apa lu beruang?) itu sobat atau kalau gue anak salah satu crazy
rich lokal nih ye, kayanya gue bakalan membuka paksa pusat perbelanjaan
hanya untuk gue nikmatin sendirian, sendirian, sendirian (Kaya nada Sponggebob itu
loh!) gitu loh saking gabut dan wasted nya hidup gue.
Tapi apalah daya itu semua adalah murni rekaan gue, hal yang bisa gue lakukan adalah menonton film atau series! Yap sesederhana itu.
Bahagia itu sederhana bukan? Kebahagiaan itu bukan ajang olahraga yang menuntut kekompetetifan atletnya. Lagian juga nih, membuat perbandingan bisa merusak kebahagiaan itu sendiri. Pelangi kita bisa-bisa jadi satu warna doang, gak tujuh warna.
Nah, untuk menemukan pelangi ini kita harus tahu dulu apa motivasi
kita!
Motivasi itu penting karena---Bentar gue cari dulu definisi
motivasi----(Udah tampar aja si Mimin kagak guna)
Ok udah dapet!
Singkatnya nih, motivasi itu dorongan yang timbul secara sadar
dalam diri kita untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
Misal nih tujuan kita hidup? Misalnya ingin melihat wajah tua
Timothee Chalamet, ingin hadir ke acara pernikahannya Leonardo Dicaprio (Ini
terdengar realistis sekali kan sobat?), ingin menunggu Covid-19 benar-benar
reda (Kek hujan dong), ingin melihat kebangkrutan perusahaan sawit (Min, Lu
bisa hilang!), ingin melihat pelanggaran HAM di masa lalu (dan sekarang)
benar-benar diselesaikan dengan tuntas (Min, seriusan ada tukang bakso gak di
depan rumah lu?), apa lagi ya?
Eittsss! Motivasi hidup itu gak melulu tentang membahagiakan orang
lain atau menggapai cita-cita walaupun sebagian besar orang mungkin bertumpu
pada dua hal tersebut.
Tapi kita harus benar-benar yakin pada diri sendiri terlebih dahulu
apakah motivasi kita hanya merugikan diri sendiri atau hanya ingin membuat
orang lain bahagia? Terkadang kita harus bisa membuat diri sendiri bahagia terlebih
dahulu baru bisa membahagiakan orang lain.
Nah jadi, motivasi hidup gue di kala suntuk begini adalah cogan!
Ada ya orang kayak gini, motivasi hidup mau lihat cowok ganteng?
Ada? Ada! Gue.
Seriusan, dua rius deh. Cogan itu adalah salah satu dari
berjibun-jibun motivasi gue untuk bertahan hidup dan yang paling krusial
tentunya. Gue gak bisa membayangkan hidup di dunia yang kejam dan unfair ini
tanpa mereka. Kagak survive gue. Seriusan dah.
Nah bertolak dari sana, gue mulai menemukan pelangi-pelangi gue yang
selalu membuat perut gue beterbangan kupu-kupu.
Sampai-sampai nih ya, gue kalau mau nonton film ataupun series gue pasti
riset dan ricek dulu nih siapa saja aktor-aktor tampan di dalamnya. Orang lain
kan hal pertama yang dilihat dari worth tidaknya suatu film/series
adalah genre misalnya, sutradaranya, penulisnya, rumah produksinya, seni
perfilman di dalamnya dan lain-lain.
Lah gue?!
Aktornya, gue mesti lihat aktornya! Aktor first aspek yang
lain second.
Kalau ada nih disini yang Milovers (Nama fandom Miawaug youtuber
gaming Indonesia) pasti familiar kan salah satu kalimat ini, “Items first,
Hugo second.” (Hugo itu nama karakter di dalam game A Plague
Tale Innocence yang pernah dimainkan
oleh Miawaug)
Nah sama tuh kaya gue. Mentang-mentang gue tidak mengerti dunia
perfilman bukan berarti mereka-mereka yang mainnya di dunia perfilman bisa
membodohi gue. Oh, tidak semudah itu Bambang!
Karena dengan keberadaan aktor-aktor yang populer dengan sederet
penghargaan yang mentereng dibelakangnya
pastilah uang-uang yang banyak mengalir ke kas bank mereka film yang
dibintangi oleh mereka minimal nih ya bintang 4 (Udah kaya review barang di online
shop aja) gak diragukan lagi pokoknya kegantengannya kualitas
film/series yang dibintanginya!
Nah, sudah segitu dulu pembukaannya sekarang kita langsung masuk ke
bagian isi saja karena gue sudah lelah mengetik bacotan ini, sebelum motivasi
gue sampai di titik paling rendah di muka bumi gue mau menyarankan satu film
dan satu series dari situs streaming berbayar online jadi totalnya dua. Dibungkus
atau makan disini? Yang selesai gue tuntaskan sampai ke akar-akarnya (Kagak
juga), yang membuat kebucinan gue di
bulan Juni meningkat sebelum itu gue ingin memaksa menyarankan satu lagu
untuk kalian dengarkan seraya membaca tulisan ini yaitu Blackpink – How You
Like That udah gak usah banyak excuses segala sesuatu yang gue sarankan
itu terkadang bagus walau menuntun ke jalan maksiat.
Ok langsung saja!
Film pertama adalah Isi dan Ossi bisa ditonton di layanan streaming
yang merajai dunia saat ini yaitu si pulan bin pulan.
Film ini diproduksi di Jerman, pertama kali gue menemukan yang satu
ini yaitu ketika gue dengan asas kegabutan sedang meabrek-abrek situs download
film bajakan (Kagak mendidik banget tulisan ini) sampai paling bawah pokoknya,
kalau belum sampai palung mariana ogah gue naik ke permukaan.
Ketemu deh gue film satu ini alasan pertama adalah cogan! Ingat
selogan gue dalam memilih suatu tayangan? Aktor first aspek yang lain second.
Bermula dari poster filmnya yang menurut gue kampungan banget
tetapi karena pemain utama cowoknya Puji Tuhan Rahmat Semesta Alam ganteng
banget gue langsung klik unduh (Setelah melewati berbagai ranjau yang
disediakan penyedia link bajakan)
Namanya Dennis Mojen pemeran Ossi, badannya kekar nih ya, bisa
bertinju, lumayankan bisa menjadi pelindung tanaman agar tanaman tidak
terjangkiti hama bodyguard.
Lalu ada Lisa Vicari pemeran Isi, pertama kali gue melihat nih
cewek dia jadi pemeran di series jerman yang terkenal itu loh, Dark. Jadi gue
familiar gak terkejut lagi gue, memang mbak satu ini cantik banget gue jadi
berpikir bahwa seluruh pesona Hawa hanya dilimpahkan kepadanya, gue cuman
kebagian kulit buah khuldi doang.
Nih kenapa gue jadi curhat sih. Kagak jelas banget alur tulisan
ini.
Oh ya udah lanjut!
Isi dan Ossi ini adalah film jerman pertama di layanan streaming
pulan bin pulan!
Yang menceritakan tentang singkatnya nih ya, klasik banget alur
cerita ini, udah gitu tidak realistis, gue yang skeptis disuguhi cerita seperti
ini hanya bisa tertawa sembari meminum obat maag agar asam lambung gue kagak
naik.
premis ceritanya adalah a rich girl and a poor boy fall in love
each other.
Bayangkan dong, premis tersebut sangatlah FTV, Indonesia juga pasti
punya nih film atau sinetron sejenis ini tapi yang menjadi permasalahan paling
mendasar di negara ini adalah terkadang mereka itu kurang modal sehingga premis
cerita sesimple itu hasilnya juga simple. Period. End of sentence.
Nah itu bedanya produksi yang banyak modal dan yang kurang modal,
bukan dari negaranya sih menurut gue karena gue masih (berusaha) optimis kepada
dunia perfilman/perseriesan di negara ini.
Ok, kalau gue pengen menginterpretasikan film ini dari segi paling serius
yang pernah gue tulis ya, film ini menceritakan kesenjangan sosial antara si
kaya dan miskin yang terjadi di negara maju seperti Jerman, tenang dulu gak
seserius itu kok film ini kan genrenya humor-romance.
Lagian fokusnya juga bukan hal-hal yang berbau kemanusiaan seperti
cara melarikan diri dari kemiskinan. Kagak. Kalau mau nonton yang begitu
silahkan cari rekomendasi film yang lain yang jelas bukan yang satu ini.
Nah, si Isi ini tajir sejak masih dalam kandungan, lahir di
keluarga milyarder, yang jelas masa depannya cerah, investasi pendidikan buat
anak-anak orang kaya begini mah gak usah ditanya lagi saldo gue di bank izin
mengundurkan diri.
Tetapi Isi ini anomali enggak kayak anak orang kaya pada umumnya
gitu loh. Isi mempunyai ketertarikan dengan dunia masak-memasak semenjak kecil sehingga
setelah lulus SMA dia ini bercita-cita ingin menjadi chef dan belajar di
sekolah memasak di New York pokoknya kagak mau masuk college setempat deh.
Which is kagak normal,
anak orang kaya tapi menjadi chef dimana menurut orangtuanya profesi tersebut
kagak prestise gituloh untuk orang tajir macam mereka kalau Indonesia sih
biasanya anak-anak macam Isi ini jadi penerus usaha keluarga kalau ayahnya bos
sawit, anaknya paling kagak ya kerja di perusahaan ayahnya jadi orang penting.
Begitulah isi otaknya si Isi terkadang gue sendiri tidak mengerti
jalan pikir anak orang kaya mau yang fiktif ataupun fakta di lapangan, seandainya
gue adalah Isi mending diam cantik aja di rumah menikmati kekayaan keluarga
yang kagak habis-habis walaupun perekonomian dunia sedang dilanda depresi.
Terkadang menjadi anak orang tajir juga ada sisi negatifnya yaitu
ketidakbebasan melakukan apapun yang diinginkan seperti Isi dengan cita-citanya.
Orangtuanya tidak membiarkan Isi mendapat uang deposito buat pendidikannya
sebelum umur 25 tahun (Dimana uang ini ingin ia gunakan untuk mendaftar sekolah
memasak) selain itu akibat dari pemberontakan yang dia lakukan terhadap
orangtuanya kartu debit/kreditnya sampai diblokir.
Tetapi bukan Isi namanya jika tidak mempunyai cara untuk menaklukan
tebalnya dinding yang dibangun oleh orangtuanya tersebut.
Di kedai makanan cepat sajilah dia menemukan Ossi. Ossi ini berbeda
dari Isi. Nah, analogi abal-abal gue nih: ketika Tuhan meluncurkan bayi-bayi
dari pabrik bayi alkisah di sana hanya ada dua jalur yaitu kiri sama kanan,
kiri untuk yang hidupnya serba kekurangan sedangkan kanan yang hidupnya serba kelebihan.
Si Isi jalur sebelah kanan sedangkan si Ossi jalur sebelah kiri jadilah terjadi
kesenjangan di antara mereka.
Maaf nih kiri dan kanan. Gue yang comel ini tidak bermaksud
menyinggung kalian. Jangan jadi kaum baper! (Serah lu dah Min)
Ossi ini sejak kecil udah pengen jadi petinju, hebat ya pikiran
orang miskin disana cita-cita kagak realistis, gue kalau jadi Ossi mending jadi
akuntan aja dah, jadi budak korporat gak apa dah melanggengkan praktek
kapitalisme.
Dimulailah perjalanan Ossi untuk menjadi petinju yang ternyata
terhalang dana. Itulah salah satu ketidakberuntungan terlahir di jalur kiri.
Pertemuan Ossi dengan Isi ini akhirnya menghasilkan sebuah
kesepakatan yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Bagai kerbau dan
burung jalak yaitu simbiosis mutualisme.
Selama ini bukan hanya pembunuh bayaran saja yang ada, pacar
bayaran juga ada dan itu termasuk pekerjaannya si Ossi yang berpura-pura
menjadi pacar Isi demi tujuan mengalahkan orangtua Isi. Kalah disini dalam
artian si orangtuanya luluh dan memberikan kebebasan yang Isi mau termasuk menjadi
bucinnya mencintai Ossi.
Udah deh mending lu nonton langsung aja. Capek gue.
Lalu yang kedua yaitu
series!
Masih ingat selogan gue yang abal-abal?
Aktor first aspek yang lain second!
Series satu ini berjudul The Rain.
Nah, latar belakang gue menonton series yang satu ini adalah
keberadaan Lucas Lynggaard Tonnesen di dalamnya.
Series ini diproduksi di Denmark, jadi pemerannya orang Danish
semua nih. Series ini menceritakan tentang kehancuran umat manusia akibat suatu
virus yang ditularkan lewat hujan, ketika seseorang terkena air hujan tersebut
maka dia akan terjangkiti virus yang akan membawanya menuju ajal.
Mumpung 2020 nih, kali aja kalian ingin menonton sebuah tayangan
yang menghibur masa karantina kalian dengan melihat kelakuan virus-virus fiktif
yang lebih ganas daripada Covid-19.
Alurnya menurut gue mainstream, beberapa aspek bisa ditebak seperti
sebuah perusahaan yang disinyalir pembuat virus, karantina wilayah dimana ada
sebuah wilayah yang bebas dari orang-orang terjangkiti sedangkan wilayah
lainnya dijadikan beruang (Kelinci sudah terlalu common) percobaan udah
ada yang sejenis ini menurut gue seperti Resident Evil. Cuman bedanya yang satu
ini bukan tentang mayat hidup sehingga karakter-karakter di dalamnya hanya
perlu survive mencari makanan dan beberapa tokoh antagonis. Kagak perlu
dah tuh tembak-menembak ke arah mayat hidup.
Secara keseluruhan series satu ini layak untuk ditonton.
Ok, sekarang penutup.
Mungkin hanya dua tayangan di atas saja yang bisa gue ulak-ulik
sebenarnya banyak sih cuman gue pengen dua di atas aja dulu.
Bye-bye!
Sumber Foto:
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/thumb/4/4d/Isi_%26_Ossi_poster.jpg/220px-Isi_%26_Ossi_poster.jpg
https://i.redd.it/39guexy8mkg41.jpg
https://qph.fs.quoracdn.net/main-qimg-99458b467812c2c440a5358f8aad687c
Komentar
Posting Komentar